INDOBIGI-Ditengah darurat PMK pada hewan sapi, penjualan kambing di sejumlah wilayah Bantul mengalami kenaikan. Hal tersebut dirasakan oleh Hawi, penjual kambing di Desa Karanganom, Pleret, Bantul.
“Penjualan kambing tahun ini ramai, biasanya kebanyakan orang kan beli sapi. Tapi karena PMK orang-orang beralih ke kambing,” terang Hawi, Rabu (6/7/2022).
Kenaikan penjualan kambing ini dinilai karena masyarakat khawatir akan sapi yang dijual tidak layak untuk dijadikan kurban.
“Orang-orang yang biasanya beli sapi sekarang ada rasa was-was kalau sapi tidak memenuhi syarat berkurban, karena untuk berkurban harus ada syarat-syarat bahwa hewan itu sah,” katanya.
Hal serupa dirasakan oleh Ente, peternak serta penjual kambing di Sewon, Bantul. Selain imbas dari penyakit PMK pada sapi, penjualan kambing pemiliknya mengalami peningkatan karena pandemi Covid-19 yang berangsur membaik.
“Tahun ini penjualannya ramai, tahun kemarin kan masih Corona juga. Sekarang karena Corona sudah menurun dan banyak sapi yang kena PMK juga, penjualan kambing jadi naik,” ujar Ente.
Meskipun penjualan kambing mengalami kenaikan, harga penjualan kambing tidak ada kenaikan yaitu berkisar Rp2,5 juta-3 juta.
“Kalau harganya masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, sekitar Rp2,5 juta sampai Rp3,5 juga. Paling mahal Rp7 juta, tergantung ukuran dan berat kambing yang dijual,” imbuhnya.
Sebelumnya Pemkab Bantul meminta kewaspadaan masyarakat dalam memilih sapi untuk berkurban. Meski ada potensi sapi terjangkit PMK, hal itu bisa disembuhkan.
sumber : suara