Indobigi.online – Hari Valentine sebenarnya belum pernah ada sampai sekitar abad ke-14. Sebelumnya, ada sebuah kisah yang menjadi legenda dan menjadi dasar untuk menjadikan tanggal 14 Februari dirayakan sebagai hari Valentine dan menjadi hari simbol kasih sayang. Bagi yang belum tahu sejarah hari Valentine Day yang sebenarnya, silahkan simak ulasannya di sini.
Dikutip dari Britannica.com, ada sebuah legenda yang mengisahkan tentang seorang pendeta mengirim surat bertandatangan “dari Valentine Anda” kepada putri sipirnya, yang telah berteman dengannya dan, dengan beberapa
alasan dapat sembuh dari kebutaan. Sosok yang mengirim surat tersebeut bernama St. Valentine dari Terni, seorang uskup. Karena itulah hari tanggal 14 Februari dinamai hari valentine.
Legenda umum lainnya menyatakan bahwa St. Valentine menentang perintah kaisar yang melarang para pria untuk menikah. St. Valentine justru melakukan kebalikannya untuk menghindarkan kaum pria dari kewajiban ikut perang bagi yang masih lajang. Karena alasan tersebutlah hari valentine dikaitkan dengan cinta.
Legenda hari Valentine
Identitas St. Valentine juga diperdebatkan. Menurut Thepioneerwoman.com, kaisar Claudius II dari Roma mengeksekusi dua pria berbeda bernama Valentine pada 14 Februari (dalam dua tahun yang berbeda) pada abad ketiga. Satu catatan tentang St. Valentine mengatakan bahwa dia adalah seorang imam yang ditangkap karena menentang dekrit Romawi yang melarang tentara menikah. Dia dieksekusi karena kejahatan yang berupa menikahkan para pasangan secara rahasia.
Cerita lain berpendapat bahwa hari Valentine berkaitan dengan seorang pendeta dipenjara jatuh cinta dengan salah satu pengunjungnya dan mulai menulis surat kepadanya. Pendeta itu mengirimi wanita itu surat sebelum eksekusinya. Masih senada dengan cerita yang dibeberkan oleh britannica.com, bahwa dalam surat itu tertera tanda tangan yang artinya, “Dari Valentine-mu.”
Kedua cerita ini memiliki nada romantis dan tidak dapat diverifikasi secara resmi. Satu hal yang dipercaya sampai kini adalah bahwa hari Valentine dinamai Valentine untuk menghormati St. Valentine yang mati karena memperjuangkan sesuatu, berlandaskan cinta kasih.
Hari Valentine akhirnya berubah menjadi hari tentang cinta, romantisme, mungkin berkat penyair Inggris romantis Geoffrey Chaucer. The Times mencatat bahwa Jack B. Oruch, mendiang profesor bahasa Inggris Universitas Kansas, membuat argumen kuat untuk memuji Chaucer dengan ide-ide modern tentang Hari Valentine.
Melalui penelitiannya, Oruch menegaskan bahwa tidak ada catatan tertulis yang signifikan yang menghubungkan tradisi romantis dengan Hari St. Valentine sampai Chaucer menulis karya-karya puitis pada abad ke-14 “The Parlement of Foules” dan “The Complaint of Mars.” William Shakespeare juga dikreditkan sebagai sosok yang ikut mempopulerkan 14 Februari sebaga hari valentine atau hari kasih sayang.
Oruch dan William Shakespare kemungkinan besar sama-sama mendengar kisah tentang St. Valentine dari abad ketiga tersebut dan mulai menulis kisahnya secara puitis. Kisah itu pun menjadi tren pada zamannya.
Pada pertengahan abad ke-18, budaya teman dan kekasih saling bertukar catatan kecil pada Hari Valentine menjadi hal biasa. Baru kemudian pada abad ke-19, revolusi industri membantu menjadikan kartu Hari Valentine yang dicetak sebagai sebuah tradisi yang sampai sekarang terus dirayakan.
Pada tahun 1913, Hallmark Cards dari Kansas City, Missouri, mulai memproduksi kartu Valentine secara massal. Budaya merayakan valentine pun terus berlanjut, di dukung oleh industri yang berfokus pada kapitalism.
Demikian itulah kurang lebih sejarah hari valentine yang sebenarnya. Pernahkah kamu mendengarnya?
Sumber: Suara.com